Rabu, 08 April 2020

HARMONISASI ALAM PERSPEKTIF TRI HITA KARANA



TRI HITA KARANA
(Harmonisasi Alam Perspektif Tri Hita Karana)

Oleh: I Wayan Putu Januartawa, S.Pd.
 
Om Swastyastu
Om Awighnam astu Namasiwa Budhaya.

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bali yang memiliki julukan pulau yang indah, paradise island, sangat terkenal dengan pulau seribu pura, betul-betul pulau yang sudah dan menjanjikan kemakmuran bagi siapa saja, yang hidup di Bali dan menjanjikan kebahagiaan bagi siapa saja yang datang ke Bali. Bali dianugerahkan oleh Sang Hyang Widhi, tanah yang subur, pantai, gunung, bukit yang indah, sungai, kekayaan laut yang berlimpah, bahkan arsitektur yang boleh dikatakan dikagumi. Adanya konsep Tri Hita Karana yang menjiwai nafas kehidupan orang Bali (Hindu) menjadikan Bali harmonis secara makrokosmos maupun mikrokosmos.

SRADHA DAN BAKTI


 
SRADHA DAN BAKTI
 
 Oleh: I Wayan Putu Januartawa, S.Pd.
 
Om Swastyastu
I. Pedahuluan
Setiap agama yang dianut umat manusia sudah tentu memiliki dasar keyakinan. Dalam konsep ajaran Agama Hindu dikenal adanya lima keyakinan yang disebut dengan Panca Sradha. Dalam buku Panca Sradha Lima Prinsip Keimanan Hindu Indonesia diuraikan, Panca Sradha berasal dari bahasa Sanskerta, Panca berarti lima, dan Sradha berarti kepercayaan atau keyakinan. Jadi, Panca Sradha berarti lima kepercayaan dalam Agama Hindu. Lima kepercayaan tersebut yakni: (1) Percaya terhadap adanya Brahman, (2) Percaya terhadap adanya Atman, (3) Percaya terhadap adanya Karmaphala, (4) Percaya terhadap adanya Punarbhawa, dan (5) Percaya terhadap adanya Moksa, (Gunadha, 2013: 19).

PAWIWAHAN




PAWIWAHAN 
(Perkawinan Perspektif Agama Hindu)  

 Oleh: I Wayan Putu Januartawa, S.Pd.

Om Swastyastu
Om Awighnam astu Namasiwa Budhaya.

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Umat Hindu mempunyai tujuan hidup yang disebut Catur Purusa Artha yaitu Dharma, Artha, Kama dan Moksa. Hal ini tidak bisa diwujudkan sekaligus tetapi secara bertahap. Tahapan untuk mewujudkan empat tujuan hidup itu disebut dengan Catur Asrama. Pada tahap Brahmacari Asrama tujuan hidup diprioritaskan untuk mendapatkan Dharma. Grhasta Asrama memprioritaskan mewujudkan artha dan kama. Sedangkan pada Wanaprasta Asrama dan Sanyasa Asrama tujuan hidup diprioritaskan untuk mencapai moksa.

ESENSI BATU MULIA PERSPEKTIF AGAMA HINDU



ESENSI BATU MULIA PERSPEKTIF AGAMA HINDU

 Oleh: I Wayan Putu Januartawa, S.Pd.
 
Om Swastyastu
Om Awighnam astu Namasiwa Budhaya.

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Alam semesta memiliki berbagai macam kekayaan alam yang diyakini memiliki kekuatan-kekuatan tertentu sehingga manusia menggunakannya sebagai pusaka. Salah satu kekayaan alam yang digunakan manusia sebagai pusaka yakni batu mulia. Jauh di dalam rahim ibu pertiwi terkandung batu-batu mulia berharga yang memiliki kekuatan suci di luar jangkauan manusia biasa. Batu mulia dipercaya memiliki nilai spiritual tinggi dan kekuatan gaib serta memiliki aura tersendiri bagi pemakainya.

HARI SUCI NYEPI


  
            
 HARI SUCI NYEPI
(Memaknai Catur Bratha Penyepian)

Oleh: I Wayan Putu Januartawa, S.Pd.
 
Om Swastyastu
Om Awighnam astu Namasiwa Budhaya.

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Filsafat kehidupan yang sangat mendasar yang terkandung dalam yadnya dan bratha penyepian yang masih sangat relevan dalam kehidupan dijaman modern. Kehidupan Dharma menuntun kita umat manusia selalu harus menjalani siklus kehidupan Dharma agar selalu dapat terhindar dari jebakan hidup yang merusak kedamaian dan keharmonisan. Siklus kehidupan Dharma yaitu Satyam Cit Ananda Moksartham.

HARI SUCI PAGERWESI




HARI SUCI PAGERWESI
(Makna Filosofi Hari Suci Pagerwesi)

Oleh:I Wayan Putu Januartawa, S.Pd.
 
Om Swastyastu
Om Awighnam astu Namasiwa Budhaya.

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Aktualisasi dan realisasi ajaran agama nampak dan tercermin dalam prilaku dan individu maupun sosial dalam keseharian, sebab walaupun orang memiliki pengetahuan agama yang tinggi bila keserakahan, keangkuhan dan arogansi menyelubungi seseorang, maka pengetahuan agama tersebut hanyalah bersifat teori belaka. Ajaran agama semestinya menjadi pegangan yang mengubah prilaku seseorang dari kurang arif menjadi arif, dan belenggu Asuri Sampad menjadi Daivi Sampad atau dari pengaruh Danawa menjadi prilaku Madhawa.

HARI SUCI SIWARATRI




HARI SUCI SIWARATRI
(Pelaksanaan Bratha Siwaratri)

 Oleh: I Wayan Putu Januartawa, S.Pd.

Om Swastyastu
Om Awighnam astu Namasiwa Budhaya.

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Aktualisasi dan realisasi ajaran agama nampak dan tercermin dalam prilaku dan individu maupun sosial dalam keseharian, sebab walaupun orang memiliki pengetahuan agama yang tinggi bila keserakahan, keangkuhan dan arogansi menyelubungi seseorang, maka pengetahuan agama tersebut hanyalah bersifat teori belaka. Ajaran agama semestinya menjadi pegangan yang mengubah prilaku seseorang dari kurang arif menjadi arif, dan belenggu Asuri Sampad menjadi Daivi Sampad atau dari pengaruh Danawa menjadi prilaku Madhawa.

HARI SUCI SARASWATI


 
HARI SUCI SARASWATI
 (Memaknai Hari Saraswati) 
 
Oleh: I Wayan Putu Januartawa, S.Pd.
 
Om Swastyastu
Om Awighnam astu Namasiwa Budhaya.

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Saraswati adalah dewi yang dipuja dalam Agama Weda. Nama Saraswati tercantum dalam Regweda dan juga dalam sastra Purana (kumpulan ajaran dan mitologi Hindu). Ia adalah dewi ilmu pengetahuan dan seni. Saraswati juga dipuja sebagai dewi kebijaksanaan. Dalam aliran Wedanta, Saraswati di gambarkan sebagai kekuatan feminin dan aspek pengetahuan sakti dari Brahman.

TUMPEK KRULUT





TUMPEK KRULUT
(Makna Filosofi Tumpek Krulut)

 Oleh: I Wayan Putu Januartawa, S.Pd.

Om Swastyastu
Om Awighnam astu Namasiwa Budhaya.

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hari suci adalah hari yang diperingati atau diistimewakan, berdasarkan keyakinan bahwa hari itu mempunyai makna dan fungsi yang penting bagi kehidupan seorang atau masyarakat baik karena pengaruhnya, maupun karena nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Berdasarkan Kitab Suci maupun pengalaman tradisional, hari itu memberikan pengaruh terhadap kehidupan tingkat kesadaran manusia itu sendiri yang menjunjung tinggi nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya.

TUMPEK UYE


    
          
TUMPEK UYE
(Memaknai Hari Suci Tumpek Uye)

Oleh: I Wayan Putu Januartawa, S.Pd.
 
Om Swastyastu
Om Awighnam astu Namasiwa Budhaya.

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Agama Hindu khususnya Hindu Bali tidak bisa terlepas dengan adanya rerahinan hampir disetiap harinya mereka disibukkan dengan pelaksanaan ritual atau rahinan hal tersebut tidak terlepas dari ajaran Agama Hindu yang terlebih mengutamakan persembahan. Rahinan di Bali dapat dibagi menjadi dua yaitu rahinan yang bersifat isidenal dan rahinan yang bersifat rutin. Rahinan yang bersifat isidental adalah rahinan yang pelaksanaannya tidak menentu seperti, upacara nangluk merana, sedangkan rahinan yang bersifat rutin dapat dibagi lagi menjadi dua yaitu, rahinan yang datang berdasarkan sasih atau bulan seperti, Tawur Kasanga serta Siwalatri, dan rahinan yang datang berdasarkan pawukon atau wewaran seperti, Kajeng Kliwon, Buda Kliwon, Anggara Kasih, Buda Wage, Sanicara Umanis, dan Tumpek. Dalam tulisan ini akan dibahas hari suci Tumpek.

TUMPEK WARIGA



TUMPEK WARIGA
              (Memaknai Hari Suci Tumpek Uduh/Pangatag)

Oleh: I Wayan Putu Januartawa, S.Pd.
 
Om Swastyastu
Om Awighnam astu Namasiwa Budhaya.

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Agama Hindu khususnya Hindu Bali tidak bisa terlepas dengan adanya rerahinan hampir disetiap harinya mereka disibukkan dengan pelaksanaan ritual atau rahinan hal tersebut tidak terlepas dari ajaran Agama Hindu yang terlebih mengutamakan persembahan. Rahinan di Bali dapat dibagi menjadi dua yaitu rahinan yang bersifat isidenal dan rahinan yang bersifat rutin. Rahinan yang bersifat isidental adalah rahinan yang pelaksanaannya tidak menentu seperti, upacara nangluk merana, sedangkan rahinan yang bersifat rutin dapat dibagi lagi menjadi dua yaitu, rahinan yang datang berdasarkan sasih atau bulan seperti, Tawur Kasanga serta Siwalatri, dan rahinan yang datang berdasarkan pawukon atau wewaran seperti, Kajeng Kliwon, Buda Kliwon, Anggara Kasih, Buda Wage, Sanicara Umanis, dan Tumpek. Dalam tulisan ini akan dibahas hari suci Tumpek.

TUMPEK LANDEP



TUMPEK LANDEP
(Makna Filosofi Tumpek Landep)

Oleh: I Wayan Putu Januartawa, S.Pd.
 
Om Swastyastu
Om Awighnam astu Namasiwa Budhaya.

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hari suci adalah hari yang diperingati atau diistimewakan, berdasarkan keyakinan bahwa hari itu mempunyai makna dan fungsi yang penting bagi kehidupan seorang atau masyarakat baik karena pengaruhnya, maupun karena nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Berdasarkan Kitab Suci maupun pengalaman tradisional, hari itu memberikan pengaruh terhadap kehidupan tingkat kesadaran manusia itu sendiri yang menjunjung tinggi nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya.

SEJARAH PURA DI BALI



PURA
(Sejarah Pura di Bali)

Oleh: I Wayan Putu Januartawa, S.Pd.
 
Om Swastyastu
Om Awighnam astu Namasiwa Budhaya.

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pulau Bali dikenal dengan berbagai julukan diantaranya, Bali adalah pulau seribu pura (Bali the island of thousand temples) di samping itu Bali juga memiliki sebutan  Pulau Dewata (the island of god). Julukan tersebut kiranya tidak berlebihan apabila dikaitkan dengan kehidupan masyarakat Bali yang mayoritas beragama Hindu dan dilandasi dengan keyakinan pada Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa). Keyakinan ini muncul dari konsep Sradha (kepercayaan).

YADNYA SESA




YADNYA SESA
(Makna Yadnya Sesa pada  Kehidupan Umat Hindu Bali)

Oleh: I Wayan Putu Januartawa, S.Pd.
 
Om Swastyastu
Om Awighnam astu Namasiwa Budhaya.

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Yadnya atau upacara merupakan bagian ketiga dari kerangka agama Hindu. Dari sudut filsafatnya, yadnya ialah cara-cara melakukan hubungan antara Atman dengan Paramatman, antara manusia dengan Sang Hyang Widhi serta semua manifestasinya, Yadnya adalah jalan untuk mencapai kesucian jiwa. Untuk upacara ini dipergunakan upacara ayat suci tentang Yadnya sebagai alat penolong yang nyata untuk memudahkan manusia menghubungkan dirinya dengan Sang Hyang Widhi Wasa dalam bentuk nyata.

DAMPAK BUNUH DIRI PERSPEKTIF AGAMA HINDU




BUNUH DIRI
(Dampak Bunuh Diri Persektif Agama Hindu)  
 Oleh: I Wayan Putu Januartawa, S.Pd.

Om Swastyastu
Om Awighnam astu Namasiwa Budhaya.

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keberhasilan dan kegagalan yang dialami manusia kadang kala membuat orang lupa akan kesadaran menjadi manusia, keberhasilan akan membuat manusia menjadi takabur, angkuh dan sombong namun sebaliknya kegagalan kadang-kadang datang sebagai kenyataan hidup yang harus dijalani bagi orang yang tidak siap dan goyah keyakinannya sehingga kegagalan bisa berakibat, akal, tidak jarang ada orang yang frustasi, rendah diri, stres, hilang semangat hidup dan bahkan bunuh diri.

KEPEMIMPINAN HINDU



KEPEMIMPINAN HINDU
(Perspektif Asta Bratha)

 Oleh: I Wayan Putu Januartawa, S.Pd.
 
Om Swastyastu
Om Awighnam astu Namasiwa Budhaya.

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia dalam menjalankan hidup pasti mempunyai tujuan. Tujuan itu berupa kebahagiaan baik lahir maupun batin. Dalam menjalankan hidupnya, selain bertindak sebagai mahluk individu manusia juga merupkan mahluk sosial yang  hidupnya juga bergantung kepada manusia yang lain juga saling mempenggaruhi satu sama yang lain. Oleh karena itu manusia cenderung hidup berkelompok. Setiap kelompok memiliki tujuan masing- masing karena itu, maka setiap kelompok harus memiliki sosok yang dapat menggerakan anggotanya yaitu sesosok pemimpin.

CATUR GURU



CATUR GURU
(Implementasi Ajaran Catur Guru)

Oleh: I Wayan Putu Januartawa, S.Pd.
 
Om Swastyastu
Om Awighnam astu Namasiwa Budhaya.

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang


Aktualisasi dan realisasi ajaran agama nampak dan tercermin dalam prilaku dan individu maupun sosial dalam keseharian, sebab walaupun orang memiliki pengetahuan agama yang tinggi bila keserakahan, keangkuhan dan arogansi menyelubungi seseorang, maka pengetahuan agama tersebut hanyalah bersifat teori belaka. Ajaran agama semestinya menjadi pegangan yang mengubah prilaku seseorang dari kurang arif menjadi arif, dan belenggu Asuri Sampad menjadi Daivi Sampad atau dari pengaruh Danawa menjadi prilaku Madhawa.

WAYANG SAPUH LEGER



WAYANG SAPUH LEGER
 (Makna dan Filosofi Wayang Sapuh Leger) 

Oleh:  I Wayan Putu Januartawa, S.Pd.
 
Om Swastyastu
Om Awighnam astu Namasiwa Budhaya.

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Wayang Sapuh Leger adalah jenis wayang kulit Bali yang berfungsi sebagai upacara ritual. Ia termasuk sakral dalam konteksnya karena merupakan bagian  dari upacara yang berada dalam lingkungan siklus kehidupan manusia (Manusa Yadnya). Hanya dipertunjukan pada anak yang lahir pada wuku wayang, terutama sekali yang lahirnya persis pada Saniscara Kajeng Kliwon Tumpek Wayang.

Rabu, 04 Maret 2020

REJANG MANDA BANJAR ADAT TIHINGAN DESA ADAT BEBANDEM


Oleh: I Wayan Putu Januartawa, S.Pd

Om Swastyastu
Om Awighnam astu Namasiwa Budhaya

Banjar Adat Tihingan adalah salah satu banjar adat yang terdapat di Desa Adat Bebandem, Kecamatan Bebandem, Kabupaten Karangasem, Provinsi Bali. Banjar yang terdapat di areal persawahan dan perkebunan ini banyak sekali menyimpan tradisi-tradisi sakral nan unik.