CATUR GURU
(Implementasi
Ajaran Catur Guru)
Oleh: I Wayan Putu Januartawa, S.Pd.
Om Swastyastu
Om Awighnam astu Namasiwa Budhaya.
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Aktualisasi dan realisasi
ajaran agama nampak dan tercermin dalam prilaku dan individu maupun sosial
dalam keseharian, sebab walaupun orang memiliki pengetahuan agama yang tinggi
bila keserakahan, keangkuhan dan arogansi menyelubungi seseorang, maka
pengetahuan agama tersebut hanyalah bersifat teori belaka. Ajaran agama
semestinya menjadi pegangan yang mengubah prilaku seseorang dari kurang arif
menjadi arif, dan belenggu Asuri Sampad menjadi
Daivi Sampad atau dari pengaruh Danawa menjadi prilaku Madhawa.
Demikian secara teoritis yang
dianjurkan namun kenyataannya tidak setiap umat beragama mampu merealisasikan
seluruh ajaran agama yang demikian luhurnya dalam dalam kehidupan pribadi
maupun sisoal. Diturunkannya berbagai macam bratha
atau ajaran tentang latihan pengekangan diri oleh Ida Sang Hyang Widhi Wasa dimaksudkan tidak lain adalah untuk
kembalinya diri manusia kepada kesadarannya yang sejati, yakni atma yang berstana pada diri pribadi
seseorang. Kegelapan oleh berbagai fator terutama oleh keterikatan
terhadap keduniawian menghambat usaha manusia untuk meningkatkan kwalitas dalam
hakekat kehidupan.
II. PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Catur Guru
Catur Guru berasal dari Bahasa Sanskerta
dari kata Catur yang sama artinya dengan kata Catus dan Cadhu yang berarti
empat. Sedangkan kata Guru berasal dari
dua suku kata Sanskerta yaitu Gu dan Ru yang merupakan kependekan dari kata Gunatitha yang berarti tidak
terbelenggu oleh materi. Ru kependekan dari kata Rupavarjitha yang artinya
mampu mengubah (menyebrangkan) orang lain dari lautan sengsara ( Menurut
Satguru Sathya Narayana). Jadi Catur Guru berarti empat guru yang harus dihormati di dalam mencari
kesucian serta keutamaan hidup. Dalam Gurupuja 2 disebutkan:
“Oý
Gurur Brahma
Gurur
Viûóu Gurur deva Maheúvara,
Gurur sàkûat Param Brahma
tasmai Úrì
gurave namaá.”
Artinya:
“Om Hyang Widhi, Engkau adalah Brahma, Wisnu dan Mahadewa, sebagai guru agung, pencipta, pemelihara pelebur
alam semesta. Engkau adalah Guru Tertinggi, Param Brahma, kepada-Mu aku
memuja.”
Untuk mewujudkan keserasian, keselarasan
dan keseimbangan dalam masyarakat Hindu tidak terlepas dari disiplin dalam
setiap tingkah laku kita sehari-hari ter lebih terhadap Catur Guru.
2.2 Bagi-bagian Catur
Guru
Yang termasuk dalam bagian-bagian Catur Guru,
adalah: (1) Guru Rupaka atau Guru Reka, (2)
Guru Pengajian (3) Guru Wisesa dan (4) Guru Swadhyaya.
2.2.1 Guru Rupaka adalah orangtua kita. Disebut guru
Rupaka karena Beliau yang ngerupaka
atau ngereka dari tidak ada menjadi
ada. Orangtua kita sesungguhnya sangat besar jasanya bagi kita. Karena saking
besarnya jasa orangtua rasanya seribu kali kelahiranpun belum bisa kita akan
membayar hutang kepada orangtua. Secara
umum orangtua kita memiliki 5 jasa kepada kita yang disebut Panca Widha. Panca Widha adalah lima
jasa orangtua yang terdiri dari: (1) Ametwaken
artinya berjasa telah melahirkan kita, (2)
Matulung Urip artinya orangtua
kita berjasa telah menolong jiwa dari bahaya, (3) Maweh
Bhinojana artinya orangtua kita sudah berjasa karena telah memberi makan
dan minum, (4) Anyangaskara artinya
orangtua kita telah berjasa dengan mengupacarai dengan upacara Manusa Yadnya,
dan (5) Mangupadhyaya artinya
orangtua kita telah berjasa karena telah mendidik dan mengajar dari tidak bisa
menjadi bisa, dari tidak tahu menjadi tahu. Sehingga orangtua kita adalah
pendidik yang pertama dan utama.
2.2.2 Guru Pengajian berarti guru yang telah memberikan
pelajaran di sekolah. Yang termasuk Guru Pengajian adalah; Guru TK, Guru SD,
Guru SMP, Guru SMA, Dosen, Kepala Sekolah, Rektor. Guru Pengajian mengajari
kita cara membaca, menulis, dan berhitung.
2.2.3 Guru Wisesa adalah Pemerintah. Disebut Guru Wisesa
karena Guru itulah yang ngawisesa
atau memerintah, melayani, menciptakan ketentraman dan kesejahteraan masyarakat.
Yang termasuk dalam golongan Guru Wisesa, seperti: Polisi, Satpol PP, Angkatan Darat, angkatan Laut, Angkatan
Udara, Kelian
Banjar Dinas/Adat, Perbekel/Kepala Desa/Lurah, Camat, Bupati, Gubernur, Presiden, DPR, MPR, DPD dan Para Menteri.
2.2.4 Guru Swadhyaya adalah Ida Sang Hyang Widhi yang menciptakan
segala isi dunia ini dengan penuh kasih sayang. Tuhan yang menciptakan
keindahan alam, laut, sungai, gunung, bulan, bintang dan planet-planetnya.
III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.1.1 Untuk mewujudkan keserasian, keselarasan
dan keseimbangan dalam masyarakat Hindu tidak terlepas dari disiplin dalam
setiap tingkah laku kita sehari-hari ter lebih terhadap Catur Guru.
3.1.2 Bagian-bagian
Catur Guru, adalah: (1) Guru
Rupaka atau Guru Reka, (2) Guru
Pengajian (3) Guru Wisesa
dan (4) Guru Swadhyaya.
Om,
Shanti, Shanti, Shanti, Om,
Om A No Badrah Krtawo Yantu Wiswatah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar