Rabu, 08 April 2020

ESENSI BATU MULIA PERSPEKTIF AGAMA HINDU



ESENSI BATU MULIA PERSPEKTIF AGAMA HINDU

 Oleh: I Wayan Putu Januartawa, S.Pd.
 
Om Swastyastu
Om Awighnam astu Namasiwa Budhaya.

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Alam semesta memiliki berbagai macam kekayaan alam yang diyakini memiliki kekuatan-kekuatan tertentu sehingga manusia menggunakannya sebagai pusaka. Salah satu kekayaan alam yang digunakan manusia sebagai pusaka yakni batu mulia. Jauh di dalam rahim ibu pertiwi terkandung batu-batu mulia berharga yang memiliki kekuatan suci di luar jangkauan manusia biasa. Batu mulia dipercaya memiliki nilai spiritual tinggi dan kekuatan gaib serta memiliki aura tersendiri bagi pemakainya.
Seorang penguasa pastilah memiliki pusaka untuk ditakuti dan memiliki wibawa bagi rakyatnya. Hingga saat ini batu mulia masih menjadi barang yang mulia dan memiliki nilai tersendiri baik dari segi harga maupun kegunaanya. Dalam kehidupan spiritual terutama yang masih mengakui adanya kekuatan-kekuatan yang bersumber pada benda-benda alam, tentu tidak asing lagi dengan adanya keyakinan bahwa batu mulia memiliki kekuatan gaib. Akan tetapi jangan sampai hal itu meragukan keyakinan beragama khususnya Hindu yakni Panca Sradha, yakni: (1). Percaya terhadap adanya Brahman, (2). Percaya terhadap adanya Atman, (3). Percaya terhadap adanya Karmaphala, (4). Percaya terhadap adanya Punarbhawa dan (5). Percaya terhadap adanya Moksa, (Gunadha, 2013:19). Seradha merupakan suatu sikap percaya dan ketenangan pikiran, umat Hindu percaya bahwa semua yang ada didunia ini adalah ciptaan Tuhan baik daratan maupun lautan begitu juga batu mulia.
            Batu mulia adalah salah satu unsur alam yang tidak pernah ketinggalan zaman. Sejak zaman purba, beragam jenis batu dimuliakan sebab keindahan dan kepercayaan adanya sebuah kekuatan didalamnya. Zaman berganti hingga kemudian datang era modern seperti saat ini, dan batu mulia masih saja menjadi idola. Saat ini orang semakin senang mengoleksi batu mulia sebab keindahan, keunikan, dan kelangkaannya. Batu mulia dipercaya mampu membawa kemakmuran kedalam kehidupan seseorang, meningkatkan kesehatan, dan menjauhkan pengaruh-pengaruh buruk dari pelanet-pelanet. Ramalan bintang seseorang yang dibuat berdasarkan waktu kelahiran bisa menjelaskan berbagai aspek kehidupan, sifat, usia, dan prospek. Bila terdapat kesusahan mereka bisa ditolak secara efektif melalui doa atau pengobatan yang mempergunakan batu mulia. Sains modern tidak akan mempercainya, tapi umat Hindu menganggap bahwa bila seseorang jatuh sakit itu tidak hanya disebabkan oleh bakteria tetapi juga karena karma mereka. Dalam Majalah Hindu Raditya diuraikan sebagai berikut:
Dengan demikian hal pertama yang perlu kita sadari dan terima dengan      kepasrahan adalah menjalani phala dari karma kita dengan baik, buka hati dengan suatu kesadaran untuk melunasi hutang karma  yang kita bawa, karena sesungguhnya hidup adalah menjalani karma. Setiap kelahiran manusia membawa karmanya sendiri dengan bobot yang berbeda. Ajaran Hindu menyebutkan  karmaphala itu ada tiga macam wujudnya yaitu (1).sancita karmaphala, (2). prarabda karmaphala, dan (3). kriyamana karmaphala, (Sukadana, 2015:52).

Apapun yang dilakukan baik disengaja dan tidak disengaja pasti akan menimbulkan hasil (phala). Batu mulia memberi pelajaran sangat penting dan berharga  bagi umat Hindu khususnya bahwa ketika seseorang telah mampu mengendalikan diri dan telah mencapai kemurnian, maka saat itulah karisma dirinya memancar dan menyebar sehingga kehadirannya di tengah-tengah masyarakat diterima dengan baik. Saat ini batu mulia menjadi tren perhiasan baru, toko dan kios batu mulia dadakan bermunculan diberbagai tempat beberapa orang memilih menjadi tukang gosok batu mulia dan meraih rejeki dari usahanya itu. Batu mulia kini benar-benar mengalami booming walaupun batu mulia ini sudah dikenal sejak zaman dahulu kala. Namun sebagian orang hanya melihat dari segi keindahannya saja tanpa mempertimbangkan batu mulia yang mereka gunakan sudah sesuai dengan hari kelahirannya atau belum. 

II. PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Batu Mulia
            Dalam buku Pesona Batu Mulia diuraikan “ batu mulia adalah komoditi atau barang yang bentuk, kadar, dan sifat-sifatnya tidak berubah dalam waktu lama, sebagaimana logam mulia”, sebagaimana dikatakan oleh, Ajeng Wind dan Ayub (2015:80). Kemudian Bagaskara (2015:36) menyatakan bahwa “batu mulia dan akik merupakan salah satu unsur perhiasan yang terkadang menjadi domain dalam setiap jenis dan pernik dari perhiasan yang berupa gelang, cincin,giwang,dan kalung”. Pendapat senada juga diungkapkan oleh Joko Susabda (2015:7) yang menyatakan sebagai berikut:
            Batu mulia adalah batu yang dibentuk dari hasil proses geologi yang unsurnya terdiri atas satu atau beberapa komponen kimia yang mempunyai harga jual tinggi, dan diminati oleh para kolektor. Batu mulia harus dipoles sebelum dijadikan perhiasan. Mula-mula batu mulia tidak jauh berbeda dengan pembentukan batuan atau mineral secara umum oleh karena itu, pembentukan batu mulia mungkin saja terjadi melalui proses diferensiasi magma, proses metamorfosa atau sedimeentasi.
            Permata atau batu mulia memiliki kemampuan menyembuhkan. Permata     juga memiliki kekuatan elemental untuk mendatangkan keberuntungan dengan mengusir pengaruh buruk pelanet-pelanet. Beberapa batu permata mempunyai kekuatan magis untuk menyembuhkan, untuk membuat hidup lebih bahagia dengan meningkatkan kemakmuran status, pengetahuan, kesehatan yang baik, serta ketenaran, Rakesh Shashi dan Joshi (Terjemahan Diah Sri Pandewi (2008:24)).
            Selanjutnya Putrawan (2015:7), mengatakan bahwa batu mulia merupakan hasil tambang yang sejak zaman dulu dikenal sebagai bahan perhiasan. Dalam ritual Hindu batu mulia atau permata sudah sejak lama digunakan untuk menunjang ritual maupun digunakan untuk menghias pratima dan benda sakral lainnya seperti (1). Gagang keris pusaka, (2). Cudamani untuk arca dewa-dewi, (3). Menghias barong dan rangda, (4). Menghias mahkota sulinggih.
            Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat ditegaskan bahwa batu mulia yakni batu yang terbentuk dari hasil proses geologi melalui proses deferensiasi magma, proses metamorfosa, atau sedimentasi yang merupakan hasil tambang yang sejak zaman dulu dikenal sebagai bahan perhiasan yang menjadi domain dan komoditi yang sifatnya tetap. Dalam ritual Hindu digunakan untuk menghias gagang keris pusaka, pratima arca,  barong, rangda, dan mahkota sulinggih. 

2.2 Jenis-Jenis Batu Mulia
            Dalam buku Iki Tetengger Soca Mautama Manut Ring Lontar disebutkan jenis-jenis batu mulia yakni:). (1).  Mirah Narayana, (2). Mirah Padma Agung, (3). Mirah Siwa Sekala, (4). Mirah Mawar, (5). Mirah Rambut Sedana, (6). Mirah Windu Murti, (7). Mirah Ratna Duita, (8). Mirah Kecubung Dalima Malit, (9). Mirah Sitangsu, (10). Mirah Golo Raja, (11). Pengider Jana, (12). Mirah Manjangan Bang, (13). Mirah Jagasatru, (14). Mirah Kresnadana, (15). Mirah Windu Sara, (16). Mirah Narayana, (17). Mirah Dalima, (18). Mirah Ratna Agung, (19). Mirah Rukmarata, (20). Mirah Kecubung kasian, (21). Mirah Cempaka, (22).  Mirah Parta Wijaya, (23). Mirah Manik Kuperaga, (24). Mirah Adi, (25). Mirah Ulung, (26). Soca Badar Perak, (27). Soca Batu Campu Emas, (28). Mirah Surya Candra, (29). Mirah Bayu, (30). Mirah Kresna Murti, (31 Mirah Nilakanta, (Jro Mangku Pulasari, 2008:2-20).
            Kemudian dalam buku Ceciren Jagat disebutkan jenis-jenis batu mulia yakni “(1). Dwidatu, (2). Putranjiwa, (3). Indra Raksa”, (Tim Penyusun, 2011:75). Selanjutnya Putrawan (2015:9) menyebutkan jenis-jenis batu mulia yakni:
            “(1). Mirah Narayana, (2). Mirah Padma Agung, (3). Mirah Rambut Sedana(4). Mirah Jaga Satru, (5). Mirah Windu Sara, (6). Mirah Cempaka, (7). Besi tawar Selem, (8). Mirah Manik Atmaraksa, (9). Mirah Kresna Mukti, (10). Pirus Urat Emas, (11). Mirah Useran Jagat, (12). Bangsing Tanah, (13). Mirah Banyu Amrta”.

            Selanjutnya dalam majalah Nuansa Bali disebutkan jenis-jenis batu mulia yakni: Mirah Delima (ruby), (1). Menjangan Bang, (2). Nila Pangkaja, (3). Bubur Bang Sinanten, (4). Bang Netra, (5). Windu Sara, (6). Padma Agung, (7). Mirah Mawar, (8). Ratna Bang Kaja, (9). Mirah Kecubung Kasihan, (10). Rukmarata, (11). Mirah Brumbun, (12). Mirah Telaga Ngembeng. Blue Safir, (1). Indra Nila, (2). Nila Pangkaja, (3). Indra Danta, (4). Indra Nila. Black Safir ( Bangsing), (1). Kresna Dana, (2). Pharta Wijaya, (3). Kresna Wulung, (4). Widuri Wulung, (5). Naga Satru, (6). Jaga Satru, (7). Ijo Manten. Cempaka putih dan kuning (white safir and yellow safir), (1). Ratna Cempaka, (2). Padma Kara, (3). Indra Raksa, (4). Tri Datu, (5). Nawa Ratna, (6). Ratna Swala, (7). Ciwa Dewata, (8). Cempaka Wilis/Ratna Banyu, (9). Ratna Cempaka, (10). Cempaka Rambut Sedana, (11). Cempaka Sungsang, (Kori Agung, 2015:5-7).
            Pendapat senada juga diungkapkan Budha Gautama (2011:3-45) dalam bukunya yang berjudul Carcan Soca jenis-jenis batu mulia yakni: (1). Mirah Dewa, (2). Mirah Surya Candra, (3). Widuri, (4). Mirah Madu, (5). Mirah Kebo Kunang-kunang, (6). Mirah Mata Kucing, (7). Mirah Aor Geni, (8). Mirah Inten, (9). Mirah Ireng, (10). Manik Maya, (11). Mirah Banyu, (12). Kusuma Wiranata, (13). Mirah Kastuba, (14). Mirah Jilih, (15). Ratna Rupa, (16). Mirah Jaga Satru, (17).  Mirah Padma Agung, (18). Mirah Kresna Mukti, (19). Kresnadana Makukus, (20). Kresnadana Sadewa, (21). Kresnadana Payudani, (22). Asti Kresna, (23). Manjangan Bang, (24).  Mirah Sitangsu, (25). Sitangsu Jagasatru.
            Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa jenis-jenis batu mulia perspektif umat Hindu di Bali meliputi: (1).  Mirah Narayana, (2). Mirah Padma Agung, (3). Mirah Siwa Sekala, (4). Mirah Mawar, (5). Mirah Rambut Sedana, (6). Mirah Windu Murti, (7). Mirah Ratna Duita, (8). Mirah Kecubung Dalima Malit, (9). Mirah Sitangsu, (10). Mirah Golo Raja, (11). Pengider Jana, (12). Mirah Manjangan Bang, (13). Mirah Jagasatru, (14). Mirah Kresnadana, (15). Mirah Windu Sara, (16). Mirah Dalima, (17). Mirah Ratna Agung, (18). Mirah Rukmarata, (19). Mirah Kecubung kasian, (20). Mirah Cempaka, (21).  Mirah Parta Wijaya, (22). Mirah Manik Kuperaga, (23). Mirah Adi, (24). Mirah Ulung, (25). Soca Badar Perak, (26). Soca Batu Campu Emas, (27). Mirah Surya Candra, (28). Mirah Bayu, (29). Mirah Kresna Murti, (30) Mirah Nilakanta, (31). Dwidatu, (32). Putranjiwa, (33). Indra Raksa, (34). Mirah Windu Sara, (35). Besi tawar Selem, (36). Mirah Manik Atmaraksa, (37). Mirah Kresna Mukti, (38). Pirus Urat Emas, (39). Mirah Useran Jagat, (40). Bangsing Tanah, (41). Mirah Banyu Amrta, (42). Nila Pangkaja, (43). Bubur Bang Sinanten, (44). Bang Netra, (45). Ratna Bang Kaja, (46). Mirah Brumbun, (47). Mirah Telaga Ngembeng. (48). Indra Nila, (49). Nila Pangkaja, (50). Indra Danta, (51). Indra Nila, (52). Kresna Wulung, (53). Widuri Wulung, (54). Naga Satru, (55). Ijo Manten. (56). Ratna Cempaka, (57). Padma Kara, (58). Indra Raksa, (59). Tri Datu, (60). Nawa Ratna, (61). Ratna Swala, (62). Ciwa Dewata, (63). Cempaka Wilis/Ratna Banyu, (64). Ratna Cempaka, (65). Cempaka Sungsang,  (66). Mirah Dewa, (67). Mirah Surya Candra, (68). Widuri, (45). Mirah Madu, (69). Mirah Kebo Kunang-kunang, (70). Mirah Mata Kucing, (71). Mirah Aor Geni, (72). Mirah Inten, (73). Mirah Ireng, (74). Manik Maya, (75). Kusuma Wiranata, (76). Mirah Kastuba, (77). Mirah Jilih, (78). Ratna Rupa, (79). Kresnadana Makukus, (80). Kresnadana Sadewa, (81). Kresnadana Payudani, (82). Asti Kresna, (83). Manjangan Bang, (84).  Mirah Sitangsu, (85). Sitangsu Jagasatru.

2.3 Penggunaan Batu Mulia
Dalam buku Ceciren Jagat diuraikan penggunaan batu mulia yakni sebagai berikut:
            (1). Sebagai mata cincin dan perhiasan lain, (2). Sebagai mata gelung mahkota        raja, (3). Sebagai mata ketu atau gelung pedanda, (4). Sebagai mata pratima, (5). Sebagai monmon atau pengisi mulut mayat, terutama pada mayat bangsawan, (6). Sebagai alat ngerajah orang potong gigi atau mapandes bagi umat Hindu, (7). Sebagai pelengkap pedagingan tempat suci Hindu atau pelinggih-pelinggih, (8). Sebagai jimat penolak bahaya, keteguhan atau kekebalan, (9). Sebagai mata gabjar atau tangkai keris, (10). Sebagai obat penawar keracunan, dengan diminaum airnya atau ditempelkan pada luka gigitan binatang berbisa, (11). Sebagai penjinak binatang liar, (12). Lain-lain sesuai sifat dan khasiat permata,  (Tim Penyusun, 2011:114).
            Kemudian dalam majalah Raditya dijelaskan penggunaan batu mulia yakni sebagai sarana untuk memohon Sembilan tirta, Sulinggih melantunkan Puja Pangastawa Weda Nawa Ratna dengan disertai sarana sembilan buah sangku (mangkuk tirta) terbuat dari emas, dimana masing-masing sangku yang berisi toya anyar tersebut semuanya diisi permata dengan warna berbeda-beda. Sangku tirta tersebut merupakan sarana sulinggih ngarga tirta kehadapan Sembilan dewata seperti: (1). Sangku emas berisi air dan permata mirah bang, diisikan bunga-bungaan warna merah, adalah  sangku tirta Durmanggala yang dimohon kehadapan Dewa Brahma, (2). Selanjutnya untuk tirta Karanam Jayam, kedalam sangku emas itu ditaruh permata warna jingga, (3). Untuk memohon tirta Purnam Jiwam  maka dimasukkan permata warna kuning kedalam sangku emas, (4). Untuk memohon tirta Gangga Syama maka hendaknya sangkunya diisi permata warna hijau, (5). Permata warna hitam dimasukkan kedalam sangku untuk memohon tirta Pawitran, (6). Permata biru dimasukkan kedalam sangku yang digunakan untuk memohon tirta Sudhamala, (7). Permata  putih dimasukkan kedalam sangku tirta Kamandalu, (8). Permata warna cokelat dimasukkan kedalam sangku tirta Maha Jnanam, (9). Permata warna brumbun dimasukkan kedalam sangku tirta Sanjiwani, (Putrawan, 2015:8). Pendapat senada juga di uraikan dalam majalah Nuansa Bali, (1).  batu mulia ster 1 dan 2 digunakan oleh orang umum, (2). Ster 3 digunakan oleh orang yang sudah ekajati (pemangku), (3). Ster 5 digunakan para balian atau penyembuh, (4). Ster 6 digunakan oleh para pedagang, (5). Ster 7 digunakan oleh para pemimpin, (6). Ster 9 digunakan oleh para sulinggih, (Kori Agung,2015:3).
            Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa penggunaan batu mulia yakni sebagai mata cincin, hiasan pratima, gelung raja dan sulinggih, digunakan sebagai monmon, pedagingan pelinggih, sebagai tangkai keris, sebagai obat penawar racun, digunakan dalam prosesi pembuatan tirta, juga digunakan berdasarkan jumlah ster yang dimiliki oleh masing-masing batu mulia.

Om, Shanti, Shanti, Shanti, Om,
A No Badrah Krtawo Yantu Wiswatah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar