BUNUH DIRI
(Dampak Bunuh
Diri Persektif Agama Hindu)
Oleh: I Wayan Putu Januartawa, S.Pd.
Om Swastyastu
Om Awighnam astu Namasiwa Budhaya.
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keberhasilan
dan kegagalan yang dialami manusia kadang kala membuat orang lupa akan
kesadaran menjadi manusia, keberhasilan akan membuat manusia menjadi takabur,
angkuh dan sombong namun sebaliknya kegagalan kadang-kadang datang sebagai
kenyataan hidup yang harus dijalani bagi orang yang tidak siap dan goyah
keyakinannya sehingga kegagalan bisa berakibat, akal, tidak jarang ada orang
yang frustasi, rendah diri, stres, hilang semangat hidup dan bahkan bunuh diri.
Dalam
ajaran Agama Hindu tidak membenarkan tindakan bunuh diri. Dalam Kitab Yayur
Weda 40.3 disebutkan:
”Asurya nama te loka adhena tamasavratah
tamse pretyapi gachati ye ke
catmahano janah.”
Artinya:
”seseorang yang bunuh diri akan pergi ke asurya
loka yang penuh dengan kegelapan.”
Pada sloka di atas telah memberikan tuntunan kepada kita sebagai Umat Hindu
bahwa penjemaan ini adalah jembata emas untuk bisa lepas dan bebas dari lautan
penderitaan melalui perbuatan baik sebab penjelmaan sebagai manusia sangat
sulit didapat meskipun hina ataupun menderita, janganlah hal tersebut dijadikan
jalan pintas untuk bunuh diri.
II. PEMBAHASAN
2.1 Hakekat Manusia dan Bunuh Diri
Tindakan bunuh diri dinyatakan “Ulah
Pati”
sebagai perbuatan dosa, karena bertentangan dengan ajaran Dharma. Dharma
mengajarkan kepada umat manusia untuk memperbaiki kehidupan ini dari perbuatan
tidak baik menjadi baik/benar. Ulah Pati sangat tidak baik untuk dilakukan apalagi
usia yang masih relatif muda. Sungguh disayangkan dan sia-sialah mereka yang
mengambil jalan pintas melalui bunuh diri.
Bertambahnya tuntutan hidup
membuat seseorang seringkali kehilangan akal sehat dan memaksanya
untuk berpikir ekstra dalam memenuhi segala kebutuhan
hidupnya, baik primer maupun sekunder, jasmani dan rohani.
Dalam keadaan seperti itu bagi yang tidak kuat secara psikis,
emosi, mental dan spiritual akan menjadi beban secara kejiwaan yang
lambat laun menjadi depresi hingga stroke yang berkepanjangan, sehingga acakali
dipecahkan dengan caranya sendiri. Ada beberapa indikator utama penyebab
orang melakukan bunuh diri, seperti: masalah sosial ekonomi, asmara dan
keinginan yang belum tercapai. Pada akhirnya suatu saat terhenti karena pikiran
seakan buntu dalam keputus-asaan kemudian melakukan tindakan bunuh diri.
Barangkali disinilah letak akar masalah kenapa dalam mencari solusi pemecahan
masalah seseorang membuat keputusan sendiri? Jika saja kondisi psikis,
emosi, mental dan spiritual seseorang tangguh, kokoh dan kuat maka
tindakan konyol seperti bunuh diri bisa dihindari. Padahal kita juga tahu dan
sadar, bahwa terlahir menjadi manusia merupakan kesempatan yang amat langka.
Tetapi kesadaran ini sering terabaikan. Untuk itu kita perlu merenung
kembali,tentang hakikat keutamaan kita sebagai manusia.
Suka duka yang dialami merupakan suatu kodrat yang timbul karena
adanya hukum Rwa Bhineda. Semua tidak
bisa lepas dari hukum ini, untuk itu ritme kehidupan manusia akan senantiasa mengalami dinamika suka duka. Dalam Kita Bhagawadgita Bab XIII Sloka 8 disebutkan: setiap mahkluk yang
dilahirkan sebagai manusia akan terbelenggu oleh enam kelemahan, yaitu:
1.
Dhuka : Setiap
orang mengalami sedih.
2.
Janma : Setiap
orang mengalami kelahiran.
3.
Vyadhi : Setiap
orang mengalami sakit.
4.
Jara :
Setiap orang mengalami tua.
5.
Dosa :
Setiap orang mengalami dosa.
6.
Mrtya : Setiap
orang mengalami kematian.
Dalam Kitab Sarasamuçcaya Sloka II disebutkan:
“Manusah sarvabhutesu
varttate vai çubhaçubhe Açubhesu samavistam çubhesvevavakarayet.”
Artinya:
“Diantara
semua mahluk hidup, hanya yang dilahirkan menjadi manusia sajalah, yang dapat
melaksanakan perbuatan baik ataupun buruk; leburlah kedalam perbuatan baik, segala
perbuatan yang buruk itu; demikianlah gunanya (pahalanya) menjadi manusia.”
Sarasamuçcaya
Sloka III:
“Upabhogaih
parityaktam natmanamavasadayet, Candalatvepi manusyam sarvvatha tata durlabham.”
Artinya:
“Oleh karena itu, janganlah
sekali-kali bersedih hati sekalipun hidupmu tidak makmur dilahirkan menjadi
manusia itu, hendaklah menjadikan kamu berbesar hati, sebab amat sukar untuk
dapat dilahirkan menjadi manusia, meskipun dilahirkan hina sekalipun.”
Sarasamuçcaya
Sloka IV:
“Iyam hi yoning prathama
yam prapya jagatipate, Atmanam çakyate tratum karmabhih çubhalaksanaih.”
Artinya:
“Menjelma menjadi manusia itu
adalah sungguh-sungguh utama sebab demikian, karena ia dapat menolong dirinya
dari keadaan sengsara (lahir dan mati berulang-ulang) dengan jalan berbuat baik
demikianlah keuntungannya dapat menjelma menjadi manusia.”
Sarasamuçcaya
Sloka VI:
“Sopanabhutam svargasya
manusyam prapya durlabham, Tathatmanam samadayad dhvamseta na punaryatha.”
Artinya:
“Kesimpulannya, pergunakanlah
sebaik-baiknya kesempatan menjelma menjadi manusia ini, kesempatan yang sungguh
sulit diperoleh, yang merupakan tangga untuk pergi ke sorga; segala sesuatu
yang menyebabkan agar tidak jatuh lagi, itulah hendaknya dilakukan.”
Bhagawadgita
Adhyaya II .66:
Na’sti buddhir ayuktasya,
na ca yuktasya bhawana,
Na ca bhawayatah santir,
asantasya kutah sukham
Artinya:
“Tidak ada pikiran yang tidak
terkendalikan Tidak ada konsentrasi yang tidak terkendalikan Tidak ada ketegangan
untuk tidak memusatkan pikiran yang tidak tenang, dimana kebahagiaan itu. Sloka
tadi mengisyaratkan bahwa kunci kebahagiaan adalah pikiran yang terkendali,
konsentrasi yang terkendali, pemusatan pikiran, ketenangan pikiran.”
Bhagawadgita
Adhyaya II. 67.
“Wayur
nawan iwambhasi.”
Artinya:
“Sebaliknya
pikiran yang tidak terkendali ibarat perahu hanyut dalam samudra terbawa angin demikian
dinyatakan dalam.”
2.2 Kiat Pencegahan Bunuh Diri
Sebelum terjadi tindakan
bunuh diri perlu diupayakan kiat pencegahan khususnya dalam perspektif Hindu:
2.2.1 Kiat Pembinaan Rohani
1. Sembahyang
secara rutin dengan kesadaran sendiri.
2. Membaca
kitab-kitab suci Weda terutama kata-kata mutiara yang dapat membangkitkan
semangat hidup.
3. Menerima
hidup ini dengan ikhlas sebagai karma wasana.
4. Sabar,
jujur dan bersyukur.
5. Bhakti
terhadap orang tua.
6. Mengasihi
seluruh keluarga (Tat Twam Asi).
2.2.2
Kiat
Pembinaan Fisik
1. Berolah
raga secara teratur.
2. Makan
dan minum yang sehat sesuai kebutuhan.
2.2.3 Kiat pembinaan Sosial Kemasyarakatan
1. Komunikasi
secara intens dalam pergaulan sosial.
2. Memenuhi
kebutuhan hidup sesuai kemampuan.
III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.1.1 Tindakan bunuh diri bisa menimpa siapa saja,
jika tidak kuat mengendalikan diri terutama mengendalikan pikiran maka bisa
terjebak dalam kebingungan. Semua orang punya problem atau persoalan
hidup bahkan mungkin lebih berat problem yang dihadapi orang lain dibandingkan
dengan problem kita sendiri, dengan menyadari ini, maka akan terlepas dari rasa
rendah diri dan putus asa.
3.1.2 Secara Psikologis, manusia memerlukan media untuk melepaskan semua
hal yang menyebabkannya mengalami kebuntuan berpikir jernih dan masuk akal.
Susastra Weda memberikan kita arahan, untuk mengatasinya, dan diantaranya yang
dapat dilakukan guna menguatkan dan menghidarkan diri dari perbuatan-perbuatan
konyol seperti bunuh diri, adalah dengan membaca Sloka-sloka Kitab Suci Weda dan melantunkan Nama-nama Suci
Tuhan dalam setiap kesempatan. Hal ini sangat membantu
mengendalikan lamunan yang tidak perlu. karena Sloka dan Mantra suci Weda
ibarat kata-kata mutiara yang dapat memberikan motivasi dan semangat hidup.
Memang kematian tidak dapat dihindari jika Tuhan menghendaki. Akan tetapi
manusia diberi akal seyogyanya mampu menghadapi berbagai problem atau persoalan
hidup.
Om, Shanti, Shanti, Shanti, Om,
Om A No Badrah
Krtawo Yantu Wiswatah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar