Om Swastyastu
Om Awighnam astu Namasiwa Budhaya.
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Filsafat kehidupan yang sangat mendasar
yang terkandung dalam yadnya dan bratha
penyepian yang masih sangat relevan dalam kehidupan dijaman modern.
Kehidupan Dharma menuntun kita umat
manusia selalu harus menjalani siklus kehidupan Dharma agar selalu dapat terhindar dari jebakan hidup yang merusak
kedamaian dan keharmonisan. Siklus kehidupan Dharma yaitu Satyam Cit
Ananda Moksartham.
Satyam artinya
setiap manusia haruslah secara rutin dapat melakukan perenungan, instrospeksi, mulat sarira untuk memahami secara dalam
makna kebenaran yang dituntun oleh Dharma
yang tidak lain pada tahap ini manusia harus membangun kebajikan dihati
masing-masing. Cit adalah proses
dimana manusia terbangun pemahaman, terbangun kebajikan dihati, maka ia harus
membangun kesadaran dan keyakinan atau sraddha
dan bhakti yang tinggi dalam dirinya
masing-masing. Kesadaran, keyakinan, atau sraddha
inilah sebagai pondasi yang kuat untuk kehidupan yang bertata krama. Kemudian
tahap ketiga adalah ananda yaitu
manusia harus menjalankan kehidupan yang bertata krama, santun, beretika
dituntun oleh konsep Tri Kaya Parisudha.
Pikiran, perkataan dan perbuatan harus dituntun oleh kebenaran yang telah
diyakini sesuai jalan Dharma untuk
mencapai kehidupan yang ananda atau
bahagia. Kemudian langkah yang keempat adalah moksartham yaitu kehidupan yang tidak terikat oleh kepentingan
duniawi yang penuh ketulusan untuk dapat menuju sangkan paraning dumadi. Yadnya dan tapa bratha penyepian yang dilakukan Umat Hindu setiap tahun adalah
merupakan langkah pertama dalam siklus kehidupan Dharma yaitu langkah Satyam.
Nyepi artinya sepi, kosong, tidak
terikat, bersih dan suci. Disaat itulah manusia melepaskan diri dari segala
ikatan duniawi, mengosongkan diri dari beban duniawi, menyepikan diri dari
segala hingar bingar duniawi, membersihkan diri dari godaan duniawi dan
menyucikan diri segala dosa duniawi.
II. PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Nyepi
Nyepi
adalah hari raya umat Hindu yang dirayakan setiap tahun baru çaka jatuh pada
hitungan Tilem Kasanga (IX) yang
dipercayai merupakan hari penyucian Dewa-dewa
yang berada di pusat samudera yang membawa intisari amertha atau sumber kehidupan. Nyepi
berasal dari kata “sepi” yang berarti
sunyi atau senyap. Hari Raya Nyepi
sebenarnya merupakan perayaan tahun baru Umat Hindu berdasarkan
penanggalan/kalender çaka, yang
dimulai sejak tahun 78 Masehi. Tidak seperti perayaan tahun baru Masehi, tahun
baru çaka di Bali dimulai dengan menyepi.
Tidak ada aktivitas seperti biasa semua kegiatan ditiadakan, termasuk pelayanan
umum, seperti bandar udara internasional pun di tutup, namun tidak untuk rumah
sakit. Tujuan utama hari raya Nyepi
adalah memohon ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa, untuk menyucikan Bhuana Alit / microcosmos (alam manusia)
dan Bhuana Agung / macrocosmos (alam
semesta).
2.2 Rangkaian Hari Raya Nyepi
Tiga atau dua hari sebelum Nyepi, Umat Hindu melakukan penyucian
dengan melakukan upacara melasti atau
disebut juga melis/mekiyis. Pada hari
tersebut, segala sarana persembahyangan yang ada di pura diarak ke pantai atau
danau, karena laut atau danau adalah tirta
amerta (sumber air suci) dan bisa menyucikan segala leteh (kotor) di dalam diri manusia dan alam. Sehari sebelum Nyepi,
yaitu pada tilem sasih kesanga (bulan
mati yang ke-9), Umat Hindu melaksanakan upacara
bhuta yadnya di segala tingkatan masyarakat, mulai dari masing-masing
keluarga, banjar, desa, kecamatan, dan seterusnya, dengan mengambil salah satu
dari jenis-jenis caru (semacam
sesajian) menurut kemampuannya. Bhuta
yadnya itu masing-masing bernama Pañca
Sata (kecil), Pañca Sanak
(sedang), dan Tawur Agung (besar). Tawur atau pecaruan sendiri merupakan penyucian/pemarisuda bhuta kala,
dan segala leteh (kekotoran)
diharapkan sirna semuanya. Caru yang
dilaksanakan di rumah masing-masing terdiri dari nasi manca berjumlah 9 tanding
beserta lauk pauknya, seperti ayam
brumbun disertai tetabuhan arak/tuak.
Buta yadnya ini ditujukan kepada Sang Buta Raja, Buta Kala dan Bhatara Kala,
dengan memohon supaya mereka tidak mengganggu umat. Mecaru diikuti oleh upacara
pengerupukan, yaitu menyebar-nyebar nasi
tawur, mengobori-obori rumah dan seluruh pekarangan, menyemburi rumah dan
pekarangan dengan mesui, serta
memukul benda-benda apa saja (biasanya kentongan) hingga bersuara ramai/gaduh.
Tahapan ini dilakukan untuk mengusir bhuta
kala dari lingkungan rumah, pekarangan, dan lingkungan sekitar. Khusus di
Bali, pengrupukan biasanya
dimeriahkan dengan pawai ogoh-ogoh yang merupakan perwujudan bhuta kala yang diarak keliling
lingkungan, dan kemudian dibakar. Tujuannya sama yaitu mengusir bhuta kala dari lingkungan sekitar.
Keesokan harinya, yaitu
pada pinanggal apisan, sasih kedasa (tanggal 1, bulan ke-10),
tibalah Hari Raya Nyepi. Pada hari
ini suasana seperti mati. Tidak ada kesibukan aktivitas seperti biasa. Pada
hari ini Umat Hindu melaksanakan Catur
Brata Penyepian yang terdiri dari: Amati Geni, Amati Karya, Amati Lelungaan
dan Amati Lelanguan. Seperti yang
tersurat dalam Lontar Sundarigama,
yang berbunyi sebagai berikut:
“…Nyepi, amati gni, tan wenang sajadma anyambut karya
sakalwirnya, agni-gni saparanya tan wenang. Kalinganya, wenang sang weruh ring
tatwa gelarakna Samadhi tapayoga ametitis kasunyataan….”
Artinya:
“…Saat nyepi, tidak boleh menyalakan api, semua orang.
Tidak boleh melakukan pekerjaan, berapi-api dan sejenisnya juga tidak boleh.
Karenanya orang yang tahu hakikat dharma akan melaksanakan samadhi, tapa, yoga,
menuju kesucian….”
1.
Amati Geni
Secara harfiah amati gni berarti tidak menyalakan api. Mengapa api? Karena api
merupakan bentuk simbolis kobaran hawa nafsu. Melihat api berkobar-kobar tanpa
disadari menumbuhkan gejolak batin. Kobaran api mempengaruhi kobaran nafsu
duniawi. Dengan mematikan api, mengandung makna memperkecil pengaruh nafsu yang
ada di dalam diri sendiri. Hal ini sangat penting untuk dikuasai. Dalam Kitab Bhagawadgita II.44 dijelaskan Orang yang
pikirannya terpengaruh oleh keinginan akan kenikmatan dan kuasaan, tak akan
terpuaskan dan tak akan mampu melakukan samadhi.
2. Amati Karya
Amati karya
merupakan aturan tidak boleh bekerja melakukan
aktivitas sehari penuh. Didukung oleh suasana yang begitu sepi akan dapat
mewujudkan ketenangan bhatin dan kedamaian dalam diri kita sendiri. Disinilah
kita akan mampu menemukan kesucian pikiran, dan jati dirinya (matutur ikang jadma ri njatinya). Yang
hanya dapat diwujudkan dengan meditasi hinggga tingkatan samadhi. Itulah alasannya mengapa saat nyepi dilarang melakukan aktivitas.
3. Amati Lelanguan
Dilaksanakan dengan mulat sarira merenung untuk berintrospeksi diri, tidak berpergian
meninggalkan rumah, guna mengevaluasi aktivitas yang pernah dilakukan untuk
lebih meningkatkan kwalitas diri, serta memperbaiki kwalitas diri pada masa
depan yang lebih baik untuk mengabdikan diri sendiri maupun pengabdian pada
negara.
2.
Amati Lelungaan
Menghindari animo
bersenang-senang, apabila kegiatan yang dapat menimbulkan rasa kelangen (rasa rindu) karena hiburan. Di
sini pengendalian diri dipusatkan kearah kesucian dan peningkatan kwalitas
hidup yang semakin baik.
Serta bagi yang mampu melaksanakan tapa,
brata, yoga, dan semadhi dimulai ketika fajar hari itu sampai fajar
keesokan harinya (ngembak gni). Semua
itu menjadi keharusan bagi Umat Hindu agar memiliki kesiapan batin untuk
menghadapi setiap tantangan kehidupan pada tahun yang baru.
III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pada hakikatnya nyepi, adalah mengosongkan segala
kenangan baik dan buruk, karena esok harinya pada saat ngembak gni kita sudah dapat mengisi kembali kekosongan itu dengan
aktivitas baru. Tanpa memulai
dengan yang kosong, tentu kita tidak akan dapat membuat perhitungan baru.
Sebenarnya sangat tidak mungkin mengisi sesuatu yang sudah penuh berisi. Oleh
sebab itu, hakikat dari pada nyepi
sebanarnya suatu upaya menuntun olah batin untuk memulai lagi segala sesuatu
itu dari nol. Maksudnya start awal kegiatan dimulai dari nol. Seolah-olah kita
memulai hidup baru setelah mendapatkan inspirasi dan petunjuk dari Ida Sanghyang Widhi Wasa, niscaya
semuanya akan mengantarkan pada ketenangan bhatin dan ketenangan jagat raya
ini.
Om, Shanti, Shanti, Shanti, Om,
Om A No Badrah Krtawo Yantu Wiswatah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar